Banjir Purwodadi Grobogan – Kenapa?
Mas Purwodadi Banjir lagi ya mas..? kok tiap musim hujan
masalah banjir di wilayah grobogan dari dulu sampai sekarang tdk pernah
terselesaikan. Sudah Dibangun Waduk dan Bendungan tetap saja banjir dan
banjir dan semakin tahun justru bajir semakin meluas dan bertambah besar..”
celoteh istri kemarin waktu melihat berita di salah satu stasiun TV. Saya
hanya bisa menggelengkan kepala karena tidak tahu harus bilang apa.
Memang bajir selalu melanda wilayah Kabupaten Grobogan dan
dari tahun ketahun bencana banjir semakin meluas dan terus meluas. Dan berbagai
macam pemecahan pastinya sudah dipikirkan oleh orang2 yang duduk di kursi empuk
di sana. Kami hanya berharap semoga masalah ini akan SECEPATNYA mendapatkan
solusi. seperti yang saya kutif dari koran lokal Drainase atau
saluran pembuangan di Kota Purwodadi perlu penataan ulang menyusul seringnya
muncul genangan air di sejumlah tempat di kota tersebut setelah hujan deras.
“Memang perlu penataan ulang dan normalisasi drainase Kota
Purwodadi agar genangan air yang sering muncul di sejumlah lokasi di kota ini
bisa terkurangi,” kondisi saluran pembuangan di bundaran Simpang Lima
Purwodadi . Bundaran Simpang Lima Purwodadi terutama di depan Foto Mirah,
selama ini langganan banjir dan genangan air setiap kali turun hujan deras.
Selain lokasi tersebut, genangan air juga terjadi di sejumlah titik di ruas
Jalan R Suprapto Purwodadi. Sementara paling parah terjadi di depan Setda dan
Kantor Bupati Grobogan. Di lokasi ini selalu banjir jika hujan deras melanda
Kota Purwodadi.
·
Hasil analisis
terhadap aspek teknis menunjukkan, bahwa penyebab terjadinya banjir/genangan
air di Kota Purwodadi adalah karena kapasitas beberapa saluran drainase yang
ada tidak mampu menampung debit air limpasan hujan. Penyebab lainnya adalah
terjadinya arusbalik pada saat muka air Sungai Lusi tinggi/banjir. Dari 13.026
m keseluruhan panjang saluran primer yang ada, maka sepanjang 9.298 m (71,38%)
perlu dilakukan normalisasi dan 3.728 m (28,62%) perlu dilakukan rehabilitasi.
Dari keseluruhan panjang saluran sekunder 12.665 m, maka 9.160 m (72,32%) perlu
dilakukan normalisasi dan 3.505 m (27,68%) perlu dilakukan rehabilitasi.
Sedangkan untuk mengatasi kejadian arus balik, maka diperlukan pembangunan
tando dengan dimensi 155 x 100 m dengan kedalaman 5 m dan pengoperasian 3 buah
pompa kapasitas 4, 3, dan 2 m3/detik. Untuk mengatasi sedimentasi yang terjadi,
diperlukan pengoperasian kembali saluran penggelontor yang sudah ada dan
pemeliharaan rutin terhadap saluran.
·
Hasil analisis aspek
kelembagaan menunjukkan, bahwa banjir/genangan air yang terjadi di Kota
Purwodadi disebabkan oleh belum tersedianya rencana induk sistem drainase. Hal
ini mengakibatkan perencanaan yang dilakukan masih bersifat parsial dan tidak
bersifat menyeluruh sebagai sebuah sistem. Selain itu penegakan peraturan
tataguna lahan dan koordinasi antar instansi belum dilakukan secara maksimal.
·
Hasil analisis aspek
peranserta masyarakat menunjukkan, bahwa mayoritas responden bersedia ikut
kerja bakti. Disisi lain, kegiatan kerja bakti di masyarakat belum dilaksanakan
secara terprogram. Mayoritas responden juga bersedia untuk bekerja sama dengan
pemerintah dalam pemeliharaan saluran drainase. Apabila dilaksanakan akan
membebaskan Kota Purwodadi dari genangan air/banjir. Tetapi, penanganan dari
aspek teknis harus selaras dengan penanganan aspek kelembagaan dan aspek
peranserta masyarakat. Kegagalan penanganan pada salah satu aspek akan
berdampak pada tidak berjalannya aspek lain yang telah dilakukan.
Ada beberapa hal disarankan sebagai masukan kepada Pemerintah
Daerah Kabupaten Grobogan. Dengan pertimbangan ketersediaan anggaran, apabila
pelaksanaan penanganan genangan air/banjir ini dilaksanakan mulai ini, maka
program ini disusun dalam beberapa tahapan.
Jika belum tersedianya anggaran yang cukup untuk melakukan
rehabilitasi kondisi saluran drainase. Hal ini mengingat, bahwa prioritas
pembangunan Kabupaten Grobogan saat ini adalah pada infrastruktur jalan.
Namunada hal lain yang dapat dilakukan oleh Pemerintah Daerah :
·
Peningkatan perhatian
aparatur terhadap berjalannya sistem drainase.
·
Penyusunan dokumentasi
saluran drainase yang ada dan yang sudah dibangun serta inventarisasi saluran
drainase yang meluap dan rusak.
·
Penyusunan rencana
induk sistem drainase. Tindakan ini diawali dengan pembentukan tim teknis. Tim
ini ditugaskan mengelola kegiatan tersebut mulai dari tahap persiapan,
pelaksanaan dan penyusunan hasil akhir. Rangkaian kegiatan ini, termasuk
didalamnya adalah dengan melakukan studi banding terhadap rencana induk
drainase daerah lain yang telah berjalan baik.
·
Penyediaan anggaran
secara rutin setiap tahun untuk pemeliharaan, perbaikan, dan peningkatan
kondisi saluran drainase.
·
Pengerukan sedimen
terutama pada ruas saluran drainase yang meluap pada musim hujan sedangkan
secara teknis kapasitasnya cukup.
·
Mengusahakan dana
bantuan dari pemerintah provinsi dan pemerintah pusat dalam usaha untuk
memenuhi kebutuhan anggaran pengelolaan sistem drainase.
Banjir yang terjadi wilayah Purwodadi – Grobogan karena tidak
terbuangnya debit air saluran drainase utama akibat meluapnya Sungai Lusi merupakan
banjir periodik 15 tahunan. Dalam hal menangani Masalah Bajir Tentunya Peran
serta masyarakat sangat di butuhkan, dan untuk meningkatkan peran serta
masyarakt dalam hal pencegahan banjir perlu sosialisasi yang panjang dan cukup
berat. Jika perlu adanya perda yang jelas dan tegas mengenai tata guna
lahan, dengan membuat peraturan yang mengendalikan pembangunan di kawasan
khusus, seperti yang tertuang dalam rencana tata ruang kota dan penerapan
sanksi bagi yang melanggar.
Namun saya yakin, masalah bajir di wilayah Kabupaten Grobogan
akan tertanggulangi, teratasi dan tertuntaskan. Salam dan sukses selalu buat
Grobogan Tercinta…. @Bali Ndeso bagun
NdeSo
ini merupakan data.
sumber : https://purwodadi.wordpress.com/2011/04/13/banjir-purwodadi-grobogan-kenapa/