Menikmati Kelezatan Becek Grobogan
Dari
sudut arti kata,” becek” berarti berair dan berlumpur. Namun di Kabupaten
Grobogan, Jawa Tengah, becek tidak hanya sebuah kata yang menunjuk pada jalanan
yang berair dan berlumpur yang biasanya terjadi sehabis hujan, namun juga
merujuk pada sebuah nama kuliner khas asal kabupaten yang beribukota di Purwodadi
itu.
Ya,
Becek memang kuliner khas Grobogan. Kuliner ini sejak sekitar dua atau tiga
tahun lalu mulai populer dan menjadi salah satu alternatif ikon kuliner
Grobogan—yang sejauh ini identik dan terhegemoni oleh kuliner swike kodok.
Secara perlahan, Becek menjadi populer dan menarik minat
pengusaha kuliner Grobogan untuk mengangkatnya sebagai salah satu sajian
istimewa di berbagai rumah dan warung makan yang mereka kelola.
Dari
sudut historis, Becek dulunya hanya bisa dijumpai di acara-acara hajatan warga,
terutama di pedesaan, seperti saat acara mantenan (pesta pernikahan) dansunatan/khitanan. Becek
dihidangkan untuk jamuan para tamu. Banyaknya tamu yang hadir menjadikan kuah
kuliner ini diperbanyak agar semua tamu bisa kebagian. Konon, karena kuliner
ini lebih banyak kuahnya, menjadikan kuliner ini dinamakan Becek.
Tak
jelas siapa yang memulai, sejak kurang lebih lima tahunan yang lalu, Becek
mulai dihidangkan di warung makan. Kini Becek tersedia di sejumlah warung dan
rumah makan di Kabupaten Grobogan, terutama di Kota Purwodadi. Bahkan di
Semarang, sudah ada resto yang mengangkat Becek sebagai salah satu sajian
istimewa yang ditawarkan.
Becek khas Grobogan berbahan iga sapi dengan bumbu-bumbu meliputi bawang
merah, bawang putih, kemiri, ketumbar, dan cabe. Dikombinasi dengan daun
kedondong dan daun dayakan, Becek membuahkan sensasi kelezatan kuliner
tradisonal yang khas dan segar dengan rasa asem dan pedas yang mendominasi.
Biasanya Becek disajikan dengan sepiring nasi plus ubo rampe berupa kering tempe dan kacang tolo
sebagai pelengkap dan lalapan. Becek khas Grobogan disajikan dengan kering tempe dan kacang tolo.
Citarasa Becek khas Grobogan dominan pedas dan asemnya yang menawarkan sensasi
rasa yang segar dan mak nyus. Berbeda dengan Sego Becek khas Nganjuk yang lebih mirip
kuliner kari kambing yang bersantan, yang secara keseluruhan rasanya cenderung
mirip dengan mayoritas makanan sejenis yang berkembang di daerah Solo (Jawa
Tengah), yakni cenderung manis dan tidak asin, berbeda dengan umumnya hidangan
utama ala Jawa Timuran yang cenderung asin.