Mengenang Perjuangan Laskar Pegawai Kereta Api di Kradenan

Pada tanggal 28 November 1946, Belanda yang tidak mau
meninggalkan Republik Indonesia dan ingin menguasai negara Republik Indonesia.
Tentu saja hal tersebut ditentang oleh rakyat Indonesia, dengan mengangkat
senjata guna mempertahankan negara yang baru saja merdeka. Penentangan itu
dilakukan juga oleh masyarakat Kabupaten Grobogan, dengan mengangkat senjata
yang dilakukan oleh Lasykar Rakyat, Tentara Pelajar, dan juga Pegawai Kereta
Api (DKA) untuk mengusir tentara Belanda. Pada suatu saat terjadilah pertempuran
sengit, yang menimbulkan banyak korban. Karena kalah dalam persenjataan, banyak
para lasykar maupun tentara pelajar yang gugur. Jenazah bergelimpangan di
sepanjang jalan, antara jembatan di sebelah barat pasar induk Purwodadi hingga
alun-alun. Sebagian kantor kabupaten Grobogan (di sebelah barat kantor bupati
sekarang), hancur karena ditembaki dan dibombardir oleh Belanda dari udara.
Oleh karena itu terpaksa kantor pemerintahan Grobogan dipindahkan ke Kuwu
Kradenan, yang tempatnya berada di rumah sebelah barat kantor Kecamatan
Kradenan sekarang. Karena adanya informasi dari mata-mata Belanda, serangan
Belanda dialihkan ke Kuwu.
Pada waktu itu sekitar jam 10.00 pagi, pesawat terbang Belanda meraung-raung diatas langit desa Kuwu dan Kradenan. Beberapa saat kemudian peluru 12,7 berhamburan dari pesawat terbang, yang ditujukan ke kantor kawedanan Kuwu. Tentu saja kantor kawedanan jadi luluh lantak, yang akhirnya terbakar habis. Rupa-rupanya Belanda belum puas menghancurkan kantor kawedanan Kuwu, maka tetap berusaha untuk menghancurkan rumah yang dijadikan kantor pemerintahan kabupaten Grobogan. Ternyata serangan Belanda keliru sasaran, dan Belanda melakukan penyerangan ke stasiun Kradenan. Rentetan peluru dari udara banyak membawa korban, masyarakat sipil di pasar Kradenan yang berusaha lari untuk menyelamatkan diri . Di pertigaan jurusan ke arah dukuh Wates Kradenan, mayat penduduk sipil bergelimpangan di pinggir jalan dan di tepi ril kereta api. Bahkan di tempat itu Belanda menjatuhkan bom, yang meledak di sebelah utara stasiun kereta api. Satu bom jatuh di sebelah selatan stasiun kereta api, akan tetapi tidak meledak. Agar tidak meledak, oleh masyarakat setempat bom tersebut ditimbuni garam agar kropos.
Tugu Bom
Kayu Jati
Untuk mengenang peristiwa itu semua, Djawatan Kereta Api mendirikan monumen berbentuk bom di dekat stasiun kereta api Kradenan. Selain itu Djawatan Kereta Api juga mendirikan tugu, yang terletak di pertigaan depan stasiun atau tepatnya di pertigaan yang mengarah ke pedukuhan Wates Kradenan. Adapun untuk mengenang peristiwa heroik di kota Purwodadi tanggal 28 November 1946, Djawatan Kereta Api juga mendirikan monumen di tanah milik Djawatan Kereta Api, yang kemudian dibuatlah taman yang indah. Perlu untuk dikenang, bahwa di sebelah Utara taman itu doeloe adalah perumahan Djawatan Kereta api.
(Data diperoleh dari Sukarno Sri Widodo Kradenan, Marwoto Carik Kradenan, kaum sepuh di kota Purwodadi).
Ditulis di Suara Merdeka
tanggal 15 Juli 2015)