Upaya Sat Binmas Polres Grobogan guna menekan peristiwa bunuh diri
Purwodadi-Peristiwa orang bunuh diri di Kabupaten Grobogan tidak pernah nihil. Dibandingkan daerah lain, kasus orang bunuh diri di Grobogan ini boleh dibilang termasuk cukup tinggi, selama tahun 2016 data yang dihimpun Polres Grobogan sebanyak 26 kasus bunuh diri. Ada beberapa cara yang dilakukan pelaku bunuh diri tersebut. Ada yang memilih gantung diri, minum racun dan terjun ke sungai.
Bahkan kemarin, Minggu (10/1/2016) sekitar pukul 17.00 WIB, peristiwa orang bunuh diri terjadi di Desa Trowolu, Kecamatan Ngaringan. Pelaku bunuh diri adalah seorang ibu rumah tangga bernama Siti, 38, warga setempat, diduga akibat faktor ekonomi.
Selain contoh faktor motif ekonomi diatas, disusul penyebab lainnya masalah penyakit yang tidak kunjung sembuh, depresi dan soal-soal sepele.
Ironisnya, pelaku bunuh diri ini tidak hanya melibatkan orang tua saja. Tetapi juga dilakukan remaja dan orang dewasa. Diantara pelaku ini ada pula yang mengenyam pendidikan tinggi dan punya banyak pengalaman organisasi.
”Kasus bunuh diri yang terjadi di Grobogan memang cukup banyak dan kondisi ini memang sangat memprihatinkan. Kami sedang mencari berbagai upaya untuk bisa menekan angka bunuh diri ini,” kata Kasat Binmas Polres Grobogan.
Salah satunya, dengan menggandeng Dai Kamtibmas untuk memberi pencerahan kepada masyarakat Apapun alasan dan caranya membunuh diri hukumnya adalah syirik. Sedangkan pelaku syirik tidak akan diampuni dosanya oleh Tuhan, bahkan kekal disiksa dalam api neraka.
Selain itu organisasi Forum Komunikasi Umat Beragama (FKUB) akan diajak untuk membahas masalah ini. Selain itu, pihak Majelis Ulama Indonesia (MUI) juga akan digandeng. Sejauh ini, pihaknya sudah menaruh perhatian terhadap masalah bunuh diri tersebut. Namun, untuk menekan kasus tersebut dinilai bukan pekerjaan mudah. Sebab, latar belakang kasus bunuh diri itu cukup kompleks. Sehingga perlu melibatkan berbagai komponen untuk bersama-sama menangani masalah bunuh diri itu.