Hebat !! 10 Lansia Grobogan Wisuda Khatmil Qur'an
Grobogan, NU Online
Tak
lama usai menunaikan jama’ah shalat Isya, terdengar rampak musik rebana
bersama alunan shalawat mengiringi sepuluh peserta khatmil Qur’an bin nazhar
naik ke atas panggung di Brabo, Tanggungharjo, Grobogan, Sabtu, (15/5).
jika umumnya peserta wisuda adalah kalangan anak-anak atau remaja, di
majelis taklim asuhan Kiai Syuhada’ ini adalah para wanita lanjut usia
(lansia).Di sini bukan kakek dan nenek yang riang menonton anak-cucunya tampil. Sebaliknya para anak-cucu melihat ibu dan nenek mereka diwisuda. Di depan hadirin, di atas panggung berukuran 2,5 x 7 m, peserta yang memakai baju seragam putih dengan bawahan bebas mulai bergantian membaca Al-Qur’an dari surat Ad-Dhuha hingga An-Nas.
Rata-rata bacaan Al-Qur’an mereka cukup fasih, walaupun ada satu dua bacaan yang terkadang belum tepat. Namun, karena pendengar banyak yang bisa membaca Al-Qur’an, hadirin sigap mengingatkan peserta secara bersama-sama dengan baik.
Pengasuh majelis taklim ini Kiai Syuhada’ menganggap maklum, tidak seperti anak muda yang masih mempunyai daya ingat tinggi. Mengajari orang tua dengan antara 50 hingga 70 tahunan memang butuh kesabaran yang ekstra. Tak jarang, di antara mereka yang belajar dari belajar huruf a ba ta hingga bisa khatam mengaji Al-Qur’an.
“Pokoknya harus sabar melayani mereka,” terang alumnus Pesantren Asuhan Kiai Ahmad Muthohar Manggarmas Godong Kabupaten Grobogan dengan didampingi istri Zumaroh yang juga pengurus NU ranting desa setempat.
Selain itu, salah satu peserta, Qomariyah (56) merasa sangat bergembira bisa mengaji setiap habis Maghrib di majelis taklim ini. Tahun ini ia sudah khatam yang keempat kali. Setiap kali khatam, ia kembali memulai dari awal, begitu berjalan berulang-ulang.
“Dari pada habis Maghrib nonton tv, mending saya mengaji dengan disimak Mbah Wadak (Kiai Syuhada’), ada yang membenarkan (bacaan saya),” terang ibu enam orang anak ini.
Acara yang digelar bersama Haul Ke-44 Kiai Idris ini menghadirkan KH M Shofi Al Mubarok Baedlowie dan Kiai Nur Rohim asal Semarang sebagai penyampai taushiyah. (Mundzir/Alhafiz K)