Meneropong 2 Abad Jalan Pantura dari Buku
Buku ini mengupas tentang sejarah
transportasi jalan raya Pantai Utara Jawa dengan fokus pada pantai utara Jawa
Tengah. Pemilihan fokus Jawa Tengah karena hanya wilayah ini yang memiliki akar
kronologis yang lebih panjang tentang perkembangan jalan rayanya, yakni sejarah
era Kerajaan Mataram Islam, Deandels, Fafless, Politik Etis, hingga Orde Baru.
Sejarah merupakan suatu alat yang bisa digunakan untuk melihat masa lalu dan masa depan. Oleh karena itu dengan hadirnya buku sejarah ini kita bisa tahu apa yang terjadi dimasa lalu. Sehingga kita dapat mengambil sisi baik dan membuang sisi buruknya. Buku ini mengupas secara tajam dan gamblang tentang misteri-misteri sejarah jalan Pantura. Buku ini menunjukkan bahwasanya sejarah tidak sepenuhnya benar sehingga harus diadakan pengkajian ulang tentang sejarah-sejarah yang ada.
Jalan Raya Pantura Jawa Tengah
merupakan bagian dari sub sistem Jalan Raya Utara Jawa yang menjadi tempat
lintasan penghubung jaringan transportasi darat antara sentral di Surabaya pada
bagian timur dan Jakarta sebagai sentral pada bagian barat. Sebagai lintasan
penghubung, jalan raya ini berkembang seiring dengan perkembangan angkutan
darat di Pulau Jawa khususnya dan Inodesia pada umumnya. Perkembangan jalan raya
ini telah mendorong pertumbuhan ekonomi kota-kota yang dilintasinya. Perubahan
penting yang terjadi secara fisik jalan raya selama abad XX dan secara spasial
mengalami perubahan keruangan setelah tahun 1990-an, perubahan itu ditandai
dengan munculnya jalan lingkar untuk mengurangi kepadatan kota yang dilalui
jalur pantura.
Perubahan penting lainnya terjadi
sejak akhir abad XIX hingga awal abad XX, jalur kereta api yang dibangun
berhimpitan dengan rute Jalan Raya Pantura. Kondisi tersebut menjadikan Jalan
Raya Pantura tidak lagi menjadi primadona jalur angkutan massal. Pengangkutan
orang dan barang jarak jauh sebagian besar beralih ke jalur kereta api, dan
jalan raya pantura kembali berkembang dengan adanya auto mobil.
Tumbangnya pemerintah Kolonial
Belanda karena pendudukan Jepang yang berakibat menurunya fungsi jalan raya
Pantura, kondisi tersebut berlangsung hingga tahun-tahun awal revolusi
kemerdekaan.
Setelah tahun 1970-an angkuatan
pada masa kolonial Belanda bergeser di dominasi oleh angkutan umum dan angkutan
barang terutama bus dan truk. Perubahan ini melahirkan budaya jalan raya yang
berubah, seperti kriminalitas perorangan menjadi terorganisasi dalam bentuk
premanisme jalan raya yang melibatkan aparat pengatur jalan raya. Jalan Raya
Pantura telah melahirkan image masyarakat sebagai wilayah keganasan , Pantura
diasosiasikan dengan kepadatan,kebisingan,adu kekuatan
dijalan,pembantaian,kekerasan dan hedonisme. Image tersebut muncul sejalan
dengan ketidakseimbangan antara ruas jalan dan jumlah kendaraan yang melintas
di atasnya.
Kelebihan
Dr. Endah Sri Hartatik, telah
berhasil menyajikan hasil karya kajian penelitiannya yang sangat menarik
tentang sejarah terbentuknya Jalan Raya Pantura di Jawa selama dua abad.
Melalui buku ini, pembaca akan diajak untuk mengetahui dan memahami tentang
salah satu segi sejarah infrastruktur di Indonesia yang selama ini belum
mendapat perhatian yang memadai.
Buku ini dilengkapi dengan
lampiran peta jalan raya dari pesisir utara masa Kerajaaan Mataram, jalan raya
pos masa Deandels, jalan raya dan jalan kereta api tahun 1936 sampai 1990.
Melalui buku ini, pembaca juga dapat mengetahui perkembangan apa saja yang
terjadi seperti misalnya, data anggaran pemeliharaan jalan baik sebelum maupun
sesudah pengaspalan, laporan keuangan pembangunan jembatan ,tabel panjang jalan
dilengkapi dengan keadaan jalan bahkan tabel kondisi kendaraan tradisional dan
bermotor pada lalu lintas jalan tahun 1873 samapai 1991. Dilengkapi pula dengan
berbagai gambar daftar harga angkutan barang, iklan sepeda motor, bahkan gambar
calo terminal.
Dalam buku ini juga membahas tentang tatanan sosial dan budaya jalan raya yang dibangun berdasarkan interelasi yang panjang, antara aturan, pengguna jalan, dan institut penegak hukum dalam rentang yang panjang.
KekuranganSayangnya buku ini banyak memakai
istilah-istilah yang jarang diketahui oleh masyarakat awam, meskipun buku ini
dilengkapi dengan glosarium, pembaca yang umumnya tidak akrab dengan
istilah-istilah tersebut dan tidak memiliki dasar pengetahuan mengenai sejarah
akan mengalami kesulitan dalam memahami buku ini. Tidak adanya contoh gambar
angkutan tradisional maupun bermotor, dan contoh gambar jembatan yang telah
dibangun. Namun pada akhirnya buku ini dapat menjadi awal yang baik dalam
mempelajari sejarah yang ada di Indonesia meskipun dalam membacanya perlu
perhatian dan usaha lebih untuk memahaminya.
Dengan mempelajari sejarah Indonesia ,kita bisa menarik beberapa pelajaran untuk menjawab pertanyaan masyarakat moderen bahwa masa lalu tidak kalah dengan masa sekarang.
tulisan oleh Tiara