Kemiskinan Ekstrem Struktural Grobogan
Pengertian kemiskinan
Kemiskinan
struktural adalah salah satu bentuk masalah kemiskinan yang sedang terjadi di
Kabupaten Grobogan.Dalam karya ilmiah ini, kita akan membahas tuntas mengenai
kemiskinan struktural, mulai dari pengertian, ciri-ciri, hingga faktor
penyebabnya.
Melansir
buku Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) Sosiologi karya tim GTK DIKDAS, ciri-ciri
masyarakat yang mengalami kemiskinan struktural, yaitu:
1.
Tidak
adanya mobilitas sosial secara vertikal (tegak lurus dari atas ke bawah).
Mereka yang miskin akan tetap hidup dengan kemiskinannya.
Faktor Penyebab Kemiskinan Struktural
Berikut
ini beberapa faktor penyebab kemiskinan struktural:
Ada pihak yang memonopoli sumber daya
alam. Hal inilah yang menyebabkan masyarakat tidak bisa menikmati hasil
kekayaan sumber daya alam yang seharusnya bisa mereka dapatkan.
Kualitas pendidikan yang kurang.
Masyarakat tidak mendapatkan pendidikan yang layak karena tidak adanya
fasilitas dan tidak mampu untuk membayar biaya pendidikan. Biasanya terjadi jika
sekolah yang ada jaraknya jauh sekali dari rumah. Karena itu masyarakat lebih
memilih untuk bekerja saja daripada sekolah. Mereka berpendapat lebih baik
mencari uang daripada bersekolah. Padahal dengan mendapatkan pendidikan yang
layak maka mereka akan memiliki kemampuan yang lebih baik.
Faktor
internal datang dari dalam diri si miskin itu sendiri, seperti rendahnya
pendidikan atau adanya hambatan budaya. Teori “kemiskinan budaya” (cultural
poverty) yang dikemukakan Oscar Lewis, misalnya,
menyatakan bahwa kemiskinan dapat muncul sebagai akibat adanya nilai-nilai atau
kebudayaan yang dianut oleh orang-orang miskin, seperti malas, mudah menyerah
pada nasib, kurang memiliki etos kerja dan sebagainya.
Faktor
eksternal datang dari luar kemampuan orang yang bersangkutan, seperti birokrasi
atau peraturan-peraturan resmi yang dapat menghambat seseorang dalam
memanfaatkan sumberdaya. Kemiskinan model ini seringkali diistilahkan dengan
kemiskinan struktural. Menurut pandangan ini, kemiskinan terjadi bukan
dikarenakan “ketidakmauan” si misikin untuk bekerja (malas), melainkan karena
“ketidakmampuan” sistem dan struktur sosial dalam menydiakan
kesempatan-kesempatan yang memungkinkan si miskin dapat bekerja. Konsepsi
kemiskinan yang bersifat multi dimensional ini kiranya lebih tepat jika
digunakan sebagai pisau analisis dalam mendefinisikan kemiskinan dan merumuskan
kebijakan penanganan kemiskinan di Indonesia.
Sebagaimana akan dikemukakan pada
pembahasan berikutnya, konsepsi kemiskinan ini juga sangat dekat dengan
perspektif pekerjaan sosial yang memfokuskan pada konsep keberfungsian sosial
dan senantiasa melihat manusia dalam konteks lingkungan dan situasi sosialnya. (Edi
Suharto, 2004).
Menurut
Badan Pusat Statistik (BPS) dan Kementrian Sosial (2004),
kemiskinan adalah ketidakmampuan induvidu dalam memenuhi kebutuhan dasar
minimal untuk hidup secara layak dan mencapai kesejahteraan sosial. Sedangkan
menurut pengertian lain, Kemiskinan (poverty) adalah suatu kondisi yang
ditandai oleh berbagai keterbatasan yang mengakibatkan rendahnya kualitas
kehidupan seseorang/keluarga seperti rendahnya penghasilan, keterbatasan
kepemilikan rumah tinggal yang layak huni, pendidikan dan keterampilan yang
rendah, serta hubunyan sosial dan akses informasi yang terbatas (Pola
Pembangunan Kesejahteraan Sosial, 2003:145).
Dengan
mengacu pendapat di atas, maka di peroleh pengertian bahwa, kemiskinan
merupakan kondisi individu, keluarga ataupun kelompok masyarakat yang mengalami
hambatan dalam pemenuhan kebutuhan pokok dan kebutuhan dasar yang lain,
sehingga kualitas hidup dan tingkat kesejahteraan sosialnya rendah.
Contoh Kemiskinan Struktural
a.
Negara
yang menjadi miskin karena tidak bisa membayar hutang luar negeri.
b.
Suatu
daerah memiliki sumber daya alam yang melimpah, namun masyarakat setempat tidak
bisa menikmati hasilnya.
c.
Petani
yang lahannya dikuasai oleh pihak lain.
d.
Masyarakat
setempat tidak mendapat pekerjaan dari sumber daya alam di wilayahnya karena
pekerja asing atau luar daerah yang didahulukan.
Jenis -
Jenis Kemiskinan
Ukuran
kemiskinan menurut Nurkse,1953 dalam Mudrajad
Kuncoro, (1997) secara sederhana dan yang umum digunakan dapat
dibedakan menjadi tiga, yaitu:
Kesulitan
utama dalam konsep kemiskinan absolut adalah menentukan komposisi dan tingkat
kebutuhan minimum karena kedua hal tersebut tidak hanya dipengaruhi oleh adat
kebiasaan saja, tetapi juga iklim, tingkat kemajuan suatu negara, dan
faktor-faktor ekonomi lainnya. Walaupun demikian, untuk dapat hidup layak,
seseorang membutuhkan barang-barang dan jasa untuk memenuhi kebutuhan fisik dan
sosialnya.
Oleh
karena itu, kemiskinan dapat dari aspek ketimpangan sosial yang berarti semakin
besar ketimpangan antara tingkat penghidupan golongan atas dan golongan bawah,
maka akan semakin besar pula jumlah penduduk yang dapat dikategorikan selalu
miskin.
Kegiatan
untuk membantu keluarga yang miskin telah dilakukan oleh masyarakat yang secara
ekonomi mampu, baik secara pribadi maupun kelompok. Mengenai kegiatan pemberian
bantuan secara atau bersifat pribadi biasanya merek alakukan pada ssaat
tertentu dan bagi yang beragama islam dalam bentuk sedekah ataupun pada saat
menjelang hari raya idul firti berupa zakat fitrah, ataupun zakat mal, sesuai
ketentuan agama islam. Sementara kegiatan pemberian bantuan kepada keluarga
miskin dilaksanakan oleh umat yng beragama katholik ataupun Kristen disebut
tabungan cinta kasih (Tacika)yang biasanya diberikan pada saat menjelang hari
natal dan hari paskah.
Dengan
pendekatan jurnalistik dimaksudkan sebagai usaha penyebarluasan informasi yang
berkaitan dengan masalah sosial melalui tulisan-tulisan di media cetak. Melalui
pendekatan ini masalah sosial diusahakan untuk dikenalkan pada masyarakat baik
dalam arti masalah sosial itu sendiri maupun sebab-akibat serta cara-cara
menghadapinya. Artikel-artikel di media baca, maupun media internet mengenai
kemiskinan yang terjadi di Indonesia dapat membuat masyarakat lebih peka. Juga
bisa sebagai media pengajak masyarakat dan organisasi untuk berpartisipasi
memutus rantai kemiskinan di Indonesia.
Pendekatan
seni adalah suatu upaya yang dilakukan para seniman (seni drama, musik, tari,
lukis, sastra dsb) untuk membangun simpati kemanusiaan sehubungan dengan
sistuasi sosial yang bermasalah. Dalam adat Jawa biasanya dalam membantu
orang-orang miskin, orang-orang kaya mengundang mereka dalam acara kesenian
yang biasanya dimainkan oleh orang-orang miskin tersebut. Pengundangan ini
bukan hanya sebagai pentas kesenian namun tujuan untuk membantu mereka mendapat
penghasilan.Melalui Pentas drama theater yang menggambarkan situasi sosial
masyarakat miskin.
v
Pemecahan
melalui aspek ekonomi : Menciptakan iklim usaha yang kondusif dan menyediakan
lingkungan yang mampu mendorong pengembangan umkm secara sistemik, mandiri dan
berkelanjutan. Menciptakan lapangan kerja yang mampu menyerap lapangan kerja
sehingga mengurangi masalah pengangguran. Karena pengangguran merupakan masalah
terbesar di Indonesia.
Kabupaten Grobogan – Di bawah
kepemimpinan Sri Sumarni periode pertama, yaitu tahun 2016-2021, Pemerintah
Kab. Grobogan telah melakukan gebrakan dengan mencanangkan Program Gerakan
Bersama Pengentasan Kemiskinan atau yang dikenal dengan istilah Gabertaskin.
Program itu dilaksanakan dengan
menggandeng seluruh pihak terkait, dan adanya Program Gabertaskin ini terbukti
dapat membuahkan hasil yang luar biasa, yaitu, angka kemiskinan di Kab.
Grobogan dari tahun ke tahun terus mengalami penurunan.
Dikutip dari data Badan Pusat
Statistik (BPS) Kab. Grobogan, satu digit lagi, Kab. Grobogan akan lepas
dari zona merah kemiskinan. Perlu diketahui, bahwa untuk saat ini Kab. Grobogan
masih berada di zona kuning, yang artinya masih dalam kategori aman. Sedangkan,
apabila sudah masuk ke dalam kategori zona hijau, artinya seluruh masyarakat
Kab. Grobogan sudah sejahtera.
Perlu diketahui pula, bahwa persentase
kemiskinan di Kab. Grobogan pada 2016, atau sejak dipimpin oleh Sri Sumarni,
berada pada angka 13,18%. Selama tiga tahun terakhir, sampai dengan tahun 2019,
angka kemiskinan di Kab. Grobogan mengalami penurunan hingga 11,68%.
Dalam hal perbaikan di bidang
kesehatan dan pendidikan, Pemerintah Kab. Grobogan menyisihkan Dana Desa.
Apabila dua hal ini sudah terlaksana, Sri Sumarni memastikan angka kemiskinan
di Kab. Grobogan semakin mengalami penurunan, sehingga satu digit itu bisa
terlewati.
Sri Sumarni menegaskan terkait
pentingnya basis data dalam upaya penanggulangan kemiskinan. Sebab, validasi
data akan memberikan pengaruh terhadap penyaluran bantuan, agar bisa tepat
sasaran. Selain itu, Pemerintah Kab. Grobogan juga sudah melakukan sinergi
dengan pihak swasta, untuk memberikan pelatihan kewirausahaan, serta
pemberdayaan masyarakat.
Meski pada tahun 2020, angka
kemiskinan di Kab. Grobogan mengalami kenaikan yang disebabkan karena adanya
Pandemi Covid-19. Namun menyikapi hal itu, sebagai kader Partai, Sri Sumarni
akan terus berupaya untuk menurunkan angka kemiskinan. Hal itu sejalan dengan
tujuan PDI Perjuangan, yaitu berpihak pada wong cilik, dengan berusaha untuk
mengangkat kaum Marhaen.
KESIMPULAN
Masalah kemiskinan merupakan
permasalahan kesejahteraan sosial di Grobogan dan merupakan masalah yang
kompleks, sehingga membutuhkan keterlibatan berbagai pihak dalam penanganannya.
Masalah ini dari dahulu sampai sekarang tetap menjadi isu sentral Grobogan.
Pekerjaan sosial merupakan profesi
utama dalam bidang kesejahteraan sosial juga mempunyai tanggung jawab dalam
penanganan permasalahan kemiskinan tersebut. Dalam penanganan masalah
kemiskinan profesi pekerjaan sosial berfokus pada peningkatan keberfungsian
sosial si miskin. Sebagaimana halnya profesi kedokteran berkaitan dengan
konsepsi kesehatan, psikolog dengan konsepsi perilaku adekwat, guru dengan
konsepsi pendidikan, dan pengacara dengan konsepsi keadilan, maka keberfungsian
sosial merupakan konsepsi yang penting bagi pekerjaan social.
Pemecahan masalah Kemiskinan Di Grobogan
juga dapat dilakukan dengan berbagai pendekatan. Diantaranya melalui pendekatan
Agama, Kesenian, Jurnalistik, dan Interdisipliner.
tulisan karya Mita Rahma Sekar Ayu
mahasiswi Annur Purwodadi